Oleh : Abu Farros
Muhammad al-Lampungi
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah
Subhanahu wa Ta'ala yang telah menjaga serta menjamin eksistensi dan
kesempurnaan agama-Nya hingga akhir kehidupan manusia, melalui para pewaris
nabi-Nya yang senantiasa membela, menyebarkan serta mengorbankan diri dan
hartanya dalam rangka menolong agama-Nya. Maka ini adalah nikmat yang besar
lagi agung yang hendaknya setiap muslim sangat bersyukur atas apa yang telah
diberikan oleh-Nya. Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan
tentang mereka yang senantiasa berjuang menegakkan agama-Nya dalam sabdanya:
لا تَزًالُ طَائفَةٌ مِنْ أمتِيْ
ظَاهِرِبنَ عَلَى الحَقِّ، لَا يَضُرهُمْ مَنْ خَذلَهُمْ، حَتَى يَأْتِىَ أَمْرُ
اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Senantiasa ada
segolongan dari umatku yang nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka
orang yang menghina mereka, sampai datang perkara Allah (hari kiamat) dan
mereka tetap istiqomah di atasnya.” (HR. Muslim
1920)
Lalu, siapakah mereka yang dimaksudkan rasul dalam sabdanya tersebut?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا أناَ عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ
“Yang mereka berada pada apa yang aku dan sahabat-sahabatku
berasa di atasnya”. (HR. at-Tirmidzi
2641, hadits hasan sebagaimana dalam Shahihul Jami’ 5343 karya Syaikh
al-Albani) Dan dalam riwayat lain dikatakan: “al-Jama’ah”. Yakni Ahlus
Sunnah wal Jama’ah.
·
Definisi Ahlus
Sunnah wal Jama’ah
Sebagaimana yang
dikatakan oleh syaikh Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al Jibrin hafidzahullah bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah: mereka para sahabat rasulullah dan
orang-orang yang mengikuti ajaran mereka dengan baik sampai hari kiamat. Dan
mereka adalah orang-orang yang senantiasa berpegang teguh dengan akidah yang
shahihah yang mana rasulullah dan para sahabatnya berada di atasnya, yakni
akidah yang bersih dari kotoran serta noda-noda bid’ah dan khurafat. (Tahdzib
Tashil al-Aqidah al-Islamiyyah)
Dinamakan ahlus sunnah
adalah dikarenakan pengamalan mereka terhadap konsekuensi sunnah nabi yang
merupakan penjelas al-Qur’an, dan dinamakan al-Jama’ah adalah dikarenakan
mereka berkumpul atau bersatu di atas ittiba’ kepada sunnah nabi dan
pada kesepakatan para pendahulu umat ini yang shaleh, dan sungguh mereka telah
berkumpul atau bersatu di atas kebenaran dan di atas akidah Islam yang bersih
dari kotoran serta noda-noda. Selain itu rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam juga menamakan mereka sebagai ‘al-Firqah an-Najiyah’ yakni kelompok
yang diselamatkan, yang ittiba’ kepada sunnah nabi dan metode para
sahabatnya, dan mereka itulah yang dinamakan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. (Tahdzib
Tashil al-Aqidah al-Islamiyyah)
·
Ciri dakwah Ahlus
Sunnah wal Jama’ah
Berikut ini adalah beberapa ciri dari dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah:
1.
Menyeru kepada Tauhid dan menjauhi kesyirikan
Dan ini adalah hakikat dakwah seluruh para rasul dari Nuh ‘alaihissalam
hingga nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yakni
berdakwah untuk menyeru umat agar mentauhidkan Allah dalam ibadah dan tidak
menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Bukan dakwah politik, organisasi, atau
kepentingan-kepentingan selainnya.
Berkata syaikh Abdul Malik Ahmad Ramadhani hafidzahullah dalam
kitabnya Sittu Duror min Ushuli Ahli al-Atsar: mengikhlaskan agama hanya
untuk Allah adalah asas agama dan kutub tempat berputarnya, dan itu adalah tauhid
yang dengannya Allah mengutus para rasul-Nya, menurunkan kitab-kitab-Nya, dan
para Nabi-Nya ‘alaihimus shalatu wassalam untuk berdakwah kepadanya. Di
atas tauhidlah mereka berjihad, dengannyalah mereka memerintah dan untuknyalah
mereka sangat berambisi dan bersemangat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesunguhnya kami menurunkan
kepadamu Kitab (al-Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah
agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar
[39]: 2-3)
Dan dalam ayat lain Allah 'Azza wa Jalla
juga berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan
sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut.” (QS. An-Nahl [16]: 36)
2.
Mengajak umat untuk kembali kepada al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman
Salaful Ummah
Al-Qur’an dan
sunnah adalah sumber hukum Islam, yang mana Islam tidak akan tegak melainkan
dengan eksistensi keduanya. Seseorang tidak akan dapat meraih keselamatan di
dalam kehidupannya di dunia dan juga di akhirat kelak melainkan dengan
senantiasa berpegang teguh di atas keduanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam telah bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Telah aku tinggalkan
pada kalian dua perkara yang mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang
teguh dengan keduanya, yakni al-Qur’an dan sunnah nabinya.” (HR. Imam Malik 3338, hadits hasan sebagaimana dalam Miskatul
Mashabih 186 karya Syaikh al-Albani)
Syaikh Abdul Malik
hafidzahullah juga berkata: “Sesungguhnya yang kaum muslimin tidak
berbeda pendapat di dalamnya sejak dahulu maupun sekarang adalah bahwa jalan
yang Rabb kita telah meridhainya bagi kita adalah jalan al-Kitab dan Sunnah,
kepadanyalah mereka (kaum muslimin) datang dan darinyalah mereka melangkah. Dan
sesungguhnya perselisihan yang terjadi di antara mereka adalah dalam hal
perbedaan segi pengambilan hukum saja dari keduanya... Akan tetapi yang
menjadikan kelompok-kelompok di dalam islam menyimpang (setelah zaman salaf) dari
jalan yang benar adalah kelalaian mereka terhadap rukun yang ketiga, yang
dengannya datang pelengkap bagi kedua wahyu tersebut secara bersama-sama, yakni
pemahaman as-Salaf as-Shalih terhadap al-Qur’an dan Sunnah.” (Sittu Duror
min Ushuli Ahli al-Atsar)
3.
Membina umat dengan ajaran Islam yang benar dan beramal dengannya
Dakwah Ahlus Sunnah wal Jama’ah selalu mengajak dan membina umat untuk
hidup di bawah naungan Islam, dengan menghidupkan metode ilmiah dalam beramal
yakni berdasar pada dalil baik al-Qur’an maupun sunnah dan dengan pemahaman Salaful
Ummah yakni para sahabat dan yang mengikuti metode beragama mereka dengan baik
sampai hari kiamat. Bukan dengan akal pikiran semata, perasaan atau intuisi,
taklid buta, adat istiadat, dan lain sebagainya. Karena jalan islam sangatlah
terang, yang malamnya bagaikan siang. Dan tidaklah seseorang menyimpang darinya
melainkan akan terjerumus ke dalam lembah kebinasaan. Sebagaimana sabda rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى
الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلَّا هَلَكَ
“Telah aku
tinggalkan kepada kalian petunjuk yang putih bersih, malamnya bagaikan
siangnya, tidaklah seseorang menyimpang darinya melainkan akan binasa.” (HR. Ibnu Majah 43, dishahihkan Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah)
Maka dakwah Ahlus
Sunnah wal Jama’ah adalah dakwah yang hanif, yang tulus dalam mengajak umat
kepada kebaikan dan keselamatan mereka di dunia dan di akhirat. Maka
hendaknyalah kita sebagai kaum muslimin merasa bangga dan bersyukur dengan
hadirnya dakwah ini di tengah-tengah ummat, yang mereka senantiasa mengajak
kepada tauhid dan menjauhi syirik, mengajak untuk kembali kepada al-Qur’an dan
sunnah dengan pemahaman yang benar dan selamat yakni Salaful Ummah serta
senantiasa membina ummat untuk hidup di bawah naungan cahaya Islam serta
beramal dengannya. Inilah dakwahnya pewaris nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, semoga kita bisa termasuk ke dalam orang-orang yang berjuang di
dalamnya. Allahumma amin...