وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

Minggu, 13 September 2015

Pacaran..?? Ceweklah yang dirugikan !!!

Pacaran..?? Ceweklah yang dirugikan !!!

O

Saat ini sulit mencari wanita yang di usia pubertasnya tidak memiliki pasangan alias pacar. Nampaknya, wanita kita sekarang ini sudah terjangkit budaya impor barat dan hampir tidak memiliki jati diri lagi. Sangat disayangkan sekali, sebab betapa Islam begitu menjaga kehormatan wanita.

Dulu di masa Jahiliyyah, wanita adalah aib bagi keluarga keluarga yang melahirkannya segera menguburkannya hidup-hidup karena takut malu. Seorang isteri jadi warisan anak-anaknya sepeninggal sang ayah; mau dijadikan isteri atau dibuang saja. Wanita hanyalah sebagai pelepas dahaga seksualitas laki-laki saja.

Setelah Islam datang, wanita demikian dimuliakan dan disanjung, ia dijadikan tempat berbakti utama bahkan di atas sang ayah, ia dijadikan nama surat dalam al-Qur'an, ia bisa menjadi tiket masuk surga bilamana sang ayah berhasil mendidiknya dengan baik....dan banyak lagi.

Namun, setelah pengangkatan dan penghormatan yang tidak pernah diberikan oleh agama manapun, nampaknya wanita-wanita muslimah sudah lupa diri, tidak mau mensyukuri nikmat yang diberikan Allah tersebut. Mereka nampaknya ingin kembali ke dunia hina seperti dulu masa Jahiliyyah, na'udzubillah...

Lihatlah pergaulan wanita kita sekarang ini yang sangat jauh dari prilaku orang beragama. Wanita dieksploitasi sedemikian rupa untuk kepentingan-kepentingan sesaat dan pelampiasan hawa nafsu dan materialistik belaka. Hampir di setiap tempat, wanita selalu ditemukan dalam lingkaran 'bupati' (buka paha tinggi-tinggi) atau paling tidak setingkat 'sekwilda' (sekitar wilayah dada).

Misi musuh-musuh Islam untuk menyeret umat ini ke jurang kehancuran tidak pernah berhenti dan salah satu sasaran pentingnya adalah para remaja muslimah sebab merekalah nantinya yang akan menjadi ibu-ibu rumah tangga dan pendidik bagi generasi Islam selanjutnya...Bilamana mereka ini berhasil diorbitkan sesuai selera mereka, maka tidak mustahil Islam di negeri ini hanya tinggal nama saja.

Kondisi memperihatinkan seputar pergaulan remaja sudah nampak sejak dari SD. Murid-murid SD sekarang tidak sama dengan murid-murid SD sekitar puluhan tahun lalu. Di samping, perkembangan postur tubuh yang lebih besar, perkembangan corak berpikir pun semakin bertambah. Kalau dulu, murid-murid SD tidak kenal apa itu 'cinta' tetapi sekarang bukan saja kenal artinya tetapi sudah melakoninya, salah satu indikatornya, apa yang terjadi terhadap seorang anak SD yang memperkosa anak SD perempuan. Nah, kalau demikian yang terjadi dengan murid SD saja, maka tentunya jangan ditanya apa yang terhadap anak SLTP, SLTA apalagi perguruan tinggi ???

Cinta, Pacaran; itulah kata yang lebih dikenal oleh para remaja kita sekarang ini ketimbang kata-kata yang menjadi bagian dari ajaran agama mereka. Dua kata tersebut seakan sudah menjadi sarapan mereka di sekolah-sekolah melebihi mata pelajaran yang seyogyanya mereka timba.

Kondisi ini tentunya tidak datang begitu saja, ada proses di balik itu sebab tidak mungkin ada api kalau tidak ada asapnya. Kalau sepuluh tahun lalu, misalnya, musuh-musuh Islam melakukan proyek-proyek pengrusakan (dekonstruktif) secara diam-diam dan bergerilya, maka sekarang ini mereka tidak lagi demikian. Berbagai media mereka kuasai untuk menghancurkan moral generasi muda kita, termasuklah dengan menyeponsori hal-hal yang berbau 'cinta' 'asmara' 'pacaran' dan semisalnya, mulai dari tayangan di televisi, radio ataupu koran-koran. Tanpa disadari, akibat pondasi 'aqidah remaja kita yang amat lemah dan kurangnya bimbingan agama oleh para orangtua mereka, mereka hanyut dengan permainan musuh-musuh Islam tersebut. Maka, cinta dan pacaran sudah tidak menjadi tabu lagi bahkan yang tabu adalah bila ada cewek atau cowok yang tidak suka pacaran dan tidak kenal cinta. Memang dunia sudah terbalik...

Ternyata, benar apa yang dikhawatirkan oleh Rasulullah terhadap umat ini, yaitu bencana yang namanya 'wanita.' Beliau menyatakan bahwa tiada bencanan yang beliau tinggalkan lebih dahsyat daripada fitnah wanita. Dan, setelah sekian hampir 15 abad, apa yang beliau khawatirkan itu sudah menjadi kenyataan. Tak heran, bilamana kata 'az-Zaaniyah' (wanita pezina) didahulukan penyebutannya atas kata 'az-Zaani' (laki-laki pezina), karena pada asalnya, sumbernya adalah wanita sekalipun laki-laki juga punya peran.

Sebab, andaikata wanita mau mena'ati ajaran agamanya dengan berdiam di rumah dan tidak keluar kecuali untuk hal-hal yang memang diperlukan dan tidak dapat harus dilakukannya; tentu akan lain ceritanya. Wanita-wanita akan begitu terhormat di masyarakat bukan lagi sebagai pajangan murahan yang berseliweran di sana-sini; pabrik-pabrik, otomotif, jamu, modeling, resepsionis, kantor-kantor gede...

Kembali ke masalah pacaran; sebenarnya apa untungnya hal itu bagi wanita? saya tidak menanyakannya kepada laki-laki sebab ia lebih sebagai konsumen belaka. Apakah laki-laki diuntungkan? Tentu, hitungan untung rugi tidak dapat kita takar dengan enak atau tidak enak, tetapi takaran untuk hal ini adalah dosa dan semua yang terlibat dalam pacaran adalah mendapatkan jatah dosa.

Tetapi masalahnya, karena takaran untung rugi itu selalu dipakai, maka dapat dikatakan bahwa yang rugi itu hanya kaum wanita...[titik]

Dia yang begitu suci, belum terjamah, badannya yang halus selalu dirawat dengan baik, suaranya yang merdu dan gaya berjalan yang begitu anggun, matanya belum melihat kepada hal yang diharamkan...Seharusnya, ini sudah lebih dari cukup baginya untuk menjadi incaran dan rebutan lawan jenisnya.. Betapa tidak, barang 'yang tersimpan' dengan baik itu pastilah 'orisinil' dan itu adalah paling berharga bagi laki-laki yang baik, bahkan laki-laki buruk juga menginginkan itu...

Lalu, karena godaan nafsu; uang, jabatan, harta, reputasi, cita-cita, dia yang suci itu rela sedikit demi sedikit melepaskan kesuciannya; mulai dari kerudung hingga kepada yang paling berharga, mahkotanya 'keperawanan.'

Dia serahkan bukan pada sang kekasih yang sudah menjadi suaminya yang sah, tetapi kepada orang yang tidak tahu juntrungannya....Karena sedikit godaan; ganteng, berduit, dsb, tergodalah dan dengan mudah mau dipegangi, lalu dipeluk, lalu di....dan seterusnya meneteskan air mata tak berharga karena sudah 'direnggut.' Katanya, ingin minta pertanggungjawaban, tapi pertanggungjawaban apa? apakah laki-laki itu sudah menjadi suaminya sehingga harus bertanggungjawab?

Konyolnya lagi, laki-laki itu bukan hanya 'merenggut' dirinya tetapi yang lain dan yang lain.... bunga-bunga lugu yang kini layu...
Lalu siapa yang berhak dipertanggungjawabi olehnya? A,B,C,D?

Akhirnya, setelah itu semua terjadi, tinggallah dua pilihan; daripada tanggung-tanggung dan sudah basah, lebih baik mencebur sekalian atau frustasi dan bunuh diri...Pilihan ketiga, hanya faktor hidayah ketika dia kembali kepada-Nya...

Setelah hilangnya 'mahkota' dia menjadi liar dan sebaliknya bukan dicari tetapi mencari.....Dia hanya mau mempermainkan setelah dipermainkan dan tidak berani serius lagi sebab tidak akan ada yang mau kecuali....

Menyesal....Itulah kata akhir yang akan menemani hidupnya......
Semoga hal ini menjadi pelajaran.....

Apalagi sekarang ini amat gencar sekali acara-acara semacam itu ditelevisi ataupun di radio. Di TV, ada acara-acara seperti H2C, dan sebagainya yang sangat memuakkan. Tentunya, yang menjadi sasarannya adalah pemuda dan pemudi, khususnya kaum muslimin.

Yakin Mau Pacaran?


Karena Engkau yang Paling Dirugikan

Masa raemaja adalah masa yang penuh gemerlapan, segalanyapun bagi makhluk yang baru gede ini. Tak dapat di pungkiri lagi bahwa manyoritas remaja hanya dalam kesenangan-kesenagan duniawi yang bersifat semu alias sementara aja. Apa lagi membahas tentang pacaran, tema yang membuat sebagian remaja putri tersenyum dengan pipi bersemu merah karena merasa sudah ada yang punya, tambatan hati yang selalu ada disetiap geraknya, mau makan walaupun gak ada “si dia” di sampingnya tetep aja ada bayangnnya, karena memang hanya si dialah yang ada dipikiranya. Lain halnya kalau yang belum pernah “mencicipi” pacaran dengan hati penasaran, namun juga kesal kok gak ada ya yang naksir aku ya ?....

Don’t worry atau gak usah khawatir bagi ukhti sekalian yang belum pernah pacaran, karena ternyata islam tidak mengenal ataupun mengizinkan hambanya untuk berpacaran. Sebagai mana Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk." (Q.S. Al – Isra : 32)

Tentunya ukhti berada di pihat yang benar karena belum perah berpacaran. Kenapa? Islam adalah adalah agama yang sempurna, segala aturan di dalamnya sangatlah detail untuk kemaslahatan uamtnya, termasuk dilarangnya berpacaran.

Banyak remaja putri yang terpedaya dalam buaian syetan yang akan membawanya kedalam lembah dosa besar ini. Jangankan zinanya, mendekatinya saja sudah dilarang, yang sekarang diistilahkan dengan berpacaran. Ya, mula-mula Cuma cinta-cintaan atau yang dikenal dengan istilah “cinta monyet”

Kemudian saliang janji untuk ketemuan, berdua-duaan di tempat yang sepi, saling pandang-memandang, perlahan syetan akan mebisikan dengan senang lelaki untuk memegang tanganya, dan anehnya sang wanita tidak merasa risih namuan menyambutnya dengan senyuman, yang membuat sang lelaki semakin berani untuk melakukan yang selebihnya. Disini peran syetan begitu besar, semaksimal mungkin berusaha untuk menjerumuskan kedua insan tanpa ikatan apa-apa ini melakukan perbuatan keji.

Ukhti, tahukah kamu bahwa hal tersebut bahwa benar-benar telah diingatkan oleh Nabi kita Sholallahu ‘alaihi wasallam. Dari jabir bin samurah, dari Rosululah bahwa beliau bersabda : “janganlah salah seorang dari kalian berdua-duaan dengan wanita, karena syaitan akan menjadi ketiganya” (H.R. Tirmidzi)

Ketahuilah saudariku, bahwa islam memerintahkan kita untuk menjaga kehormatan, akan dikatakan wanita salihah jika bisa menjaga dirinya dari perbuatan keji. Kalaulah mau dikaji lagi sesungguhnya kaum wanitalah yang akan banyak menerima kerugian dari berpacaran. Kerugian yang paling kecil saja waktu yang terbuang begitu saja hanya untuk memikirkan si dia, ini tentu bagi yang berpacaran masih dalam taraf smsan or curhat-curhatan. belum tentu itu jodoh yang ditakdirkan Allah untuknya. Iya toh?

Canon Gelar MBA

MBA (Married By Accident) itu adalah gelar untuk yang sudah kebablasan pacarnnya (sampai hamil). Ya, mereka menggukan cara instan untuk menutupi aibnya. Ya, dinikahkan saja cara praktis dan menegakkan, oleh karenanya banyak remaja yang ikut-ikutan pakek gelar ini. Padahal islam sudah punya aturan untuk mengtasi kasus seperti ini. Dikisahkan bahwa ada seorang wanita hamil setelah berzina, ia mendatangi Rosulullah meminta untuk di rajam, tetapi Rosulullah menyuruhnya untuk pulang dan kembali lagi setelah anaknya lahir. Sembilan bulan waniata itu menunggu dengan perasaan suka cita karena berharap dosa-dosanya akan segera dihapuskan setelah menjalani hukuman rajam pasca kelahiran anaknya. Dan anaknya pun lahir, bergegaslah wanita itu menemui Rosulullah dan meminta hukumannya, namun Rosulullah menyuruhnya pulang, dan kembali lagi menemui Beliau setelah ia menyapih anaknya. Meskipun kecewa, tetapi wanita itu tetep menjalankan perintah Rosulullah sampai dua tahun kemudian iapun kembali mendatangi Rosulullah dan meminta kembali hukumannya. Maka setelah itupun rosulullah menjalankan hukumanya itu karena melihat kesungguhan wanita itu.

Bekas Yang Tak Terlupakan

Namun sayang seribu sayang banyak wanita yeng terdapat di zaman ini, tanpa malu lagi berbuat mesum didepan kamera dan menjadi tontonan bagi wanita lainnya. Para artis tanpa rasa malu memamerkan aibya dengan linangan air mata untuk mencari simpati. Na’udzubillah... jadilah para remaja putri yang tidak mengikuti trend tersebut, wanita yang masih belia harus membawa beban kehamilan, bukan kehamilanya yang salah tapi sebabnyalah yang akan terus memberikan bekas stempel negatif.

Maka sudah saatnya bagi ukhti yang masih terbuai dengan rayuan gombal si srigalau berbulu domba, dan segera kembali ke jalan yang diperintahkan oleh Allah. Ketahuilah sodariku, bahwa rayuan-rayuan mereka itu adalah omong kosong karena mereka hanyalah ingin memperdaya kalian. Begitu banyak fakta yang mengungkap wanita yang melakukan aborsi, bahkan membuang bayi yang tak berdosa lantaran malu menanggung kehamilan yang tana ada lelaki yang mau bertangung jawab atasnya. Tanpa ia sadari dosa nya akan berlipat-lipat karena perbuatanya, kecualia ia mau bertobat kepada Allah.

Ternyata Ukhti Yang Paling Dirugikan
 Jelas sekali bahwa wanitalah pihak yang dirugikan dari berpacaran, lalu mengapa kita ragu untuk meninggalkanya? Atau ada yang berkilah “kita kita masih dalam taraf wajar kok pacaranya...” larangan Allah sudah jelas, mendekati saja tidak boleh alias berpacaran. “congratulations to you” alias selamat buat kalian yang belum pernah mencicipi pacaran, kalian harus bangga karena sudah bisa menjaga kehormatan kalian, jangan khawatir dicap “gak laku” karena memang kebaikan itu selalu dihiasi keburukan oleh syetan, dan yang sudah terlanjur nyelup, alias masuk kedalam kubungan cinta palsu, meka bergegaslah untuk menarik dari ‘peredaran’ nafsu syahwat dan jangan sekali-kali dirimu tergoda atau sekedar tengok-tengok, karena engkaulah yang akan mendapat kerugiannya.

Bisa jadi prilaku buruk yang kita lakukan akan makin jauh dari jodoh yang kita idam-idamkan, seorang pendamping yang memiliki akhlak yang baik dan penuh tanggung jawab, malah sebaliknya, kita didekatkan dengan seorang jodoh yang buruk perangainya, yang tak mampu menghadirkan ketentraman hati. Yang ada adalah keresahan, gundah-gulana, kekhawatiran dan ketakutan karena cinta yang kita bangun tidak dilandasi rasa saling percaya dan tidak dilandasi keimanan kepada Allah dah hari akhir. Maukah kita memiliki masa depan yang suram seperti itu...? Perbaiki diri, lalu memohon kepada Allah agar iman kita dikuatkan oleh-Nya. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk kita semua. Amiin...

“Dikutip dari sebuah majalah islami”
 Sumber Disini.

Mungkin ada diantara kita yang Orangtuanya bangga anak perempuannya pacaran. Mungkin mereka belum sadar, bahwa ketika pacaran, sebenarnya anak perempuannya sedang “Dipinjam"

Naaah, maukah orangtua meminjamkan anaknya yang akan dipulangkan dalam keadaan hancur, Orangtua mana yang tidak akan Hancur hatinya ? Maaf Pak Bu, kalau sudah begini, masih bangga kalau anaknya jadi ”  Barang Pinjaman ” ?

Semoga bermanfaat dan bisa menjadi pelajaran...


Inilah Salah Satu Akibat dari di legalkannya Pacaran !

Lihat, Inilah proses aborsi sebenarnya ... betapa kejinya... BERFIKIRLAH wahai Manusia !!!



 Pakailah Jilbab karena lebih menjaga dirimu dan perintahkan kepada putri-putrimu..

 Allah Ta’ala berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)



Jadi Stop Pacaran, atau anda akan menyesal !!!
Pintu apakah yang paling lebar dan paling dekat dengan ruang perzinaan melebihi pintu pacaran?!!





Ketika Engkau “Mengambil” Anak Gadis dari Asuhan Orang Tuanya

Ketika Engkau “Mengambil” Anak Gadis dari Asuhan Orang Tuanya

Pernikahan bukanlah sekedar ikatan di atas buku hijau dengan stempel KUA.
Bukan pula hanya ucapan ijab dan qobul antara wali dan mempelai pria plus mahar dan dua saksi.
Namun, pernikahan adalah mahkota kehormatan yang terjalin di atas perjanjian yang sangat kuat.
Allah menyebutnya dengan kalimat “Miitsaaqan Ghalidhan”.
Penamaan seperti ini telah Allah sebutkan di dalam Al Qur’an sebanyak tiga kali perjanjian yang berbeda, namun semuanya adalah perjanjian-perjanjian yang agung dan luhur.
Yang pertama: Perjanjian Allah dengan para utusannya agar mereka menyeru ummat manusia kepada tauhid.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-Nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan ‘Isa putera Maryam ,dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. Al-Ahzaab: 7)
Yang kedua: Perjanjian Allah dengan Bani Israil agar mereka patuh kepada Allah dan menjalankan hukum-hukum Taurat. Allah berfirman:
وَرَفَعْنَا فَوْقَهُمُ الطُّورَ بِمِيْثَاقِهِمْ وَقُلنَا لَهُمْ ادْ خُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُلْنَا لَهُمْ لَا تَعْدُوا فِي السَّبْتِ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيْثَاقًاغَلِيْظًا
“Dan telah kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. Dan Kami perintahkan kepada mereka: ”Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud”, dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: ”Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu“, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang kokoh.”  (QS. An-Nisaa': 154)
Yang ketiga: Perjanjian yang daimbil oleh para perempuan dari suami-suami mereka, Allah‘Azza wa Jalla berfirman:
وَأَخَذْنَ مِنْكُمْ مِيْثَاقًاغَلِيْظًا
“Dan istri-istri kalian telah mengambil dari kalian suatu perjanjian yang kuat.” (QS. An-Nisaa': 21)
Miitsaaqan Ghalidhan, maknanya, mereka telah mengambil perjanjian yang berat yang ditekankan dengan penekanan tambahan, dengannya sulit melanggarnya, seperti sebuah baju yang tebal yang sulit merobeknya. (Mahasin Ta’wil 3/57)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فَاتَّقُوا اللّٰهَ فِي النِّسَا ِٕ ، فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانِ اللّٰهِ ،وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللّٰهِ
“Bertaqwalah kepada Allah dalam perkara perempuan-perempuan itu, sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan amanah Allah, dan halal bagi kalian kemaluan mereka dengan kalimat Allah.” (HR. Muslim no 1218)
Saudaraku…
Coba renungkan betapa agungnya pernikahan.
Bagaimana mungkin tidak disebut berpindahnya kepemilikian sebagai perjanjian yang teguh dan kuat, ketika urusannya adalah berpindahnya surga seseorang kepada orang lain yang tidak pernah punya andil dalam merawat dan membesarkannya.
Orangtuanya telah menyerahkan putrinya kepadamu sepenuhnya.
Padahal, kau tidak pernah turut andil dalam melahirkannya ke dunia ini.
Ibunya selama 9 bulan dengan penuh lemah di atas kelemahannya mengandung istrimu itu.
Kau tidak pernah turut campur dalam memberikan perhatian dan kasih sayang.
Kau juga tidak pernah merasakan suka duka dalam membesarkan perempuan yang sekarang menjadi istrimu.
Tatkala dia sakit, tatkala dia menangis, tatkala dia sedih, tatkala dia berduka, kau tak pernah hadir pada hari-hari itu.
Kemudian kau datang untuk meminangnya, momen itu adalah peristiwa yang cukup berat bagi orang tuanya.
Anak yang dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang akan dilepas dari dekapan mereka, dikeluarkan dari istana mereka.
Diserahkan kepadamu, yang merekapun tak dapat memastikan, bagaimana kelak hidupnya bersamamu.
Namun karena perintah Illahi, dengan segala resiko yang harus diterima, kaupun dinikahkan.
Dengan satu harapan, sebagai suami kau dapat menggantikan posisi keduanya, merawat, menjaga, mencitai dan membuatnya bahagia.
Pada hakekatnya kau telah mengambil perjanjian yang akan kau pertanggungjawabkan di dunia sebelum di akhirat.
Bukan sekedar kertas hijau biasa yang dapat kau gandakan di percetakan, dan bisa hilang, terbakar atau kau bunag kapan kau bosan dengannya.
Miitsaaqan Ghalidhan…
****
Dikutip dari buku “Andai Aku Tidak Menikah Dengannya” Karya DR.Syafiq bin Riza bin Hasan bin Abdul Qadir bin Salim Basamalah,MA; Penerbit: Rumah Ilmu, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat
(Judul dari redaksi)
WanitaSalihah.Com

Menikah Sambil Kuliah, Kenapa Tidak?

Menikah Sambil Kuliah, Kenapa Tidak?

Pertanyaan:
Apakah pernikahan bisa menjadi penghalang seseorang untuk menuntut ilmu? Karena kebanyakan pemuda dan pemudi menjadikannya sebagai alasan (menunda pernikahan). Apa pendapat Anda tentang seseorang mahasiswa yang menikah sementara dia masih belajar di Universitas?
Jawab:
Pernikahan bukanlah penghalang bagi seseorang untuk menuntut ilmu jika dia memiliki sesuatu untuk memberi nafkah. Taruhlah saja seandainya dia tidak memiliki nafkah, dan dia khawatir jika menikah tidak bisa mencari nafkah sambil kuliah, ketika itulah bisa jadi pernikahan adalah penghalang baginya untuk kuliah. Meskipun demikian, kami pribadi tidak menganjurkan para pemuda menunda pernikahan walaupun dalam kondisi diatas. Bahkan kami tegaskan,  Menikahlah!  Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan mencukupimu dan keluargamu.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
إن ثلاثة حق على الله عونهم
“Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah.”
Disebutkan salah satu diantara mereka adalah
المتزوج يريد العفاف
“Seorang yang menikah demi menjaga kehormatannya.”
Bersegeralah menikah wahai saudaraku meskipun engkau seorang mahasiswa. Bisa jadi pernikahanmu menjadi sebab terbukanya pintu rezeki  untukmu sebagaimana yang kita saksikan di sebagian orang. (Silsilah Al Liqa Asy Syahri, 8/12)
Marja': Tathbiiq Fatawa Ibn Utsaimin Lianduruwid
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Wanitasalihah.com
Atau bisa disimak versi audio berikut ini:
Audio Player
هل هناك تعارض بين طلب العلم والزواج؟
السؤال:
هل الزواج يعتبر عائقاً عن طلب العلم، حيث إن كثيراً من الشباب والشابات ربما تعللوا بذلك؟ وما رأيك في الزواج لطالب يدرس في الجامعة؟
الجواب:
الزواج ليس عائقاً عن طلب العلم إذا كان عند الإنسان ما يقيته، نعم لو فرض أن الإنسان ليس عنده ما يقيته، وخاف إذا تزوج أن يترتب على زواجه نفقات لا يستطيع تحملها مع طلب العلم، فحينئذ قد يكون عائقاً، ومع ذلك فإننا لا نحبذ للشاب ترك الزواج ولو في هذه الحال، بل نقول تزوج والله سبحانه وتعالى يغنيك أنت وأهلك، وفي الحديث: «إن ثلاثة حق على الله عونهم، وذكر منهم: المتزوج يريد العفاف» فأقبل يا أخي على الزواج، ولو كنت طالب علم، وربما يكون زواجك فتح باب رزق لك كما هو مشاهد في بعض الأحيان.
المصدر: سلسلة اللقاء الشهري > اللقاء الشهري [12]
العلم والدعوة والاحتساب
النكاح والطلاق > أهمية النكاح وفضله
رابط المقطع الصوتي

Peran Istri Shalihah, Menenangkan Hati Suami

Dalam sejarah awal turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau merasa takut dan tegang karena bertemu malaikat Jibril, sosok asing yang tentunya sangat aneh bagi beliau.
Kemudian setelah itu beliau pulang menemui istri beliau Khadijah radhiyallahu ‘anha. Mendapati suaminya dalam keadaan pucat, takut dan tegang, yang dilakukan pertama oleh Khadijah adalah menenangkan beliau, bukan mencecar dengan berbagai pertanyaan. Khadijah menghibur bahwa Allah tidak mungkin menghinakan beliau, karena beliau adalah seorang yang bersifat demikian dan demikian. Karena hiburan dari istrinya, Nabi pun menjadi tenang dan kejadian ini sangat berkesan bagi beliau.
Inilah salah satu hikmah dan peran istri shalihah, menjadi penenang suami ketika keresahan dan kegalauan sebagai sifat manusiawi muncul.
Disusun oleh Redaksi WanitaSalihah.Com

Istri Juga Butuh Refreshing

Istri Memerlukan Hiburan
Berbagai permainan dibuat oleh manusia, dengan inovasi baru dan berbagai improvisasi demi memenuhi kebutuhan jiwa manusia dan mengusir kejenuhan dari dirinya, untuk menghiburnya dari rutinitas yang membosankan. Dan memang hiburan sangat diperlukan oleh setiap individu. Dengan adanya hiburan manusia bisa kembali berpikir jernih dan kembali fresh dalam menjalani semua aktifitasnya, dengan catatan bahwa jenis hiburan tetap harus mengikuti aturan Ilahi.
Bila hal itu dicari dan diburu oleh kaum lelaki yang kebanyakan mereka bekerja di luar rumah, maka untuk kaum perempuan yang diperintahkan untuk menetap di dalam rumah lebih diperlukan lagi. Apalagi dengan rutinitas yang tiada habisnya seperti pekerjaan rumah dan mengurus anak-anak.
Biasanya seorang yang sedang jenuh atau bosan akan tampak dari kualitas pekerjaannya yang menurun dikarenakan kondisi jiwa yang sedang tidak mood. Maka dalam hal ini tiada solusi yang indah kecuali memberikan hiburan dan permainan untuknya agar dapat mengembalikan kualitas dan dedikasinya dalam mengemban amanatnya.
Jika seseorang yang bekerja 8 jam dalam sehari saja memerlukan liburan sehari dalam sepekan, bagaimana bagi seorang yang bekerja nonstop selama 24 jam x 30 hari dalam sebulan?
Bermain dan bercengkrama dengan istri tidak termasuk membuang-buang waktu atau perbuatan sia-sia yang melalaikan sebagaimana diyakini oleh sebagian orang. Bahkan Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam memasukkannya dalam kategori tindakan yang berpahala, tentunya karena banyaknya manfaat yang didapat darinya, tidak seperti kebanyakan permaian yang membuat orang terhibur namun menjadikannya lalai dan semakin menjauh dari rel kehidupan yang harus ia jalani. Rasulullah shallallahu ‘alaaihi wasallam bersabda:
“Semua hal yang tidak mengandung dzikrullah adalah melengahkan, melalaikan dan melupakan kecuali empat. Dan beliau menyebutkan salah satunya bermain-main dengan istri.” (HR. Nasa’i dalam As Sunan Al Kubra no.8891 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalamAsh-Shahihah no.315)
Maka demi menyiram bunga yang layu, menyegarkan cinta yang loyo, menghancurkan dinding-dinding yang menyekat cinta dan kasih sayang antara suami istri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempatkan waktu untuk bersenda gurau dan bermain dengan istrinya. Tengoklah kisah Aisyah radhiyallahu anha:
“Aku pernah ikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam satu perjalanan, dan ketika itu aku masih belum gemuk. Maka beliau berkata kepada orang-orang, ”Bergeraklah maju, bergeraklah maju.” Kemudian tatkala orang-orang sudah di depan, beliau berkata kepadaku, ”Kemarilah wahai Aisyah, kita berlomba lari.” Akupun berlari dan menang, maka beliaupun diam. Sehingga tatkala aku mulai gemuk, aku kembali ikut bersama Nabi di salah satu perjalanannya, beliau berkata kepada orang-orang, ”Bergeraklah maju, bergeraklah maju.” Kemudian tatkala orang-orang sudah di depan, beliau berkata kepadaku, ”Kemarilah wahai Aisyah, kita berlomba lari.” Akupun berlari dan belau mengalahkanku. Maka beliau tertawa dan berkata: “Ini balasan untuk kekalahanku dahulu (satu-satu).” (HR. Abu Daud no.2578 dan Ahmad no.26277, dishahihkan Al-Albani dalam Ash-Shahihah 131)
Begitu romantisnya sang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap istrinya. Dan renungkanlah bagaimana beliau mengetahui bahwa perempuanpun memerlukan hiburan, beliau juga sangat pandai memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menghibur istrinya.
Pada kesempatan lainnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempatkan diri untuk menemani ‘Aisyah menonton sebuah atraksi permainan yang digelar di masjid sebagaimana diceritakan oleh ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha:
“Orang-orang Habasyah (Ethiopia) masuk ke dalam masjid bermain (atraksi kepiawaian mereka bermain senjata), maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, ”Wahai Humaira’ (pipi yang kemerah-merahan), apakah engkau ingin melihat mereka?”, aku berkata, ”iya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdiri di pintu lalu aku mendatanginya lalu aku letakkan daguku di atas pundaknya dan aku sandarkan wajahku di pipinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ”Sudah cukup (engkau melihat mereka bermain)”, aku berkata, ”Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru”, lalu beliau (tetap) berdiri untukku (agar aku bisa terus melihat mereka). Kemudian beliau berkata, ”Sudah cukup ”, aku berkata, ”Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru”. Aisyah berkata, ”Aku tidak ingin terus melihat mereka bermain, akan tetapi aku ingin para perempuan tahu bagaimana kedudukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sisiku dan kedudukanku di sisi Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 4938, Muslim no. 892 dan Nasai dalam As Sunan al-Kubro no.1594, dan ini adalah lafal Nasai)
Lihatlah bagaimana keromantisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan istrinya, dan kesabaran beliau memberikan apa yang diperlukan oleh kaum perempuan, tanpa dengan marah-marah ketika hal itu menyita waktu yang cukup lama dari waktu suami. Dimana beliau memberikan kebebasan kepada ‘Aisyah, sehingga ia sendiri yang bosan, sebagaimana disebutkan dalam riwayat lain.(HR.Bukhari no.4938)
Ibnul Jauzi berkata, ”Aku melihat bahwa manusia telah dibebani dengan urusan-urusan yang sulit, dan diantara yang terberat adalah menundukkan jiwa dan membebaninya agar  bersabar untuk menjauhi apa yang dicintainya dan menjalankan apa yang dibencinya. Dan aku melihat jalan yang tepat adalah dengan memotong jalan kesabaran dengan hiburan dan berlemah lembut terhadap jiwa.” (Shaidul Khathir hal:113)
Rekreasi Bersama Keluarga
Banyak dari kaum lelaki yang kesibukkannya membuat lupa dengan hak-hak istrinya, ia tidak pernah memberikan kesempatan bagi mereka untuk refreshing atau bertamasya. Lihatlah bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama istri-istrinya, ‘Aisyahradhiyallahu ‘anha berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya bila hendak safar, beliau mengundi diantara istri-istri nya. Dalam satu safar, undian jatuh pada ‘Aisyah dan Hafshah, bila tiba malam hari, Nabi shallallahu ‘allaihi wa sallam berjalan mengiringi unta ‘Aisyah dan berbincang dengannya. Maka berkatalah Hafshah pada ‘Aisyah, “Maukah malam ini menuggangi untaku dan aku menunggangi untamu, hingga egkau dan aku bisa saling merasakan?” Menanggapi tawaran tersebut, ‘Aisyah berkata, “Tentu aku mau” ‘Aisyah pun menunggangi unta Hafshah. Pada malam hari itu, datanglah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke unta ‘Aisyah sementara di atasnya (dalam sekedup) adalah Hafshah. Nabi mengucapkan salam kepadanya, kemudian berjalan mengiringi unta ‘Aisyah tersebut hingga rombongan singgah di suatu tempat. “Aisyah merasa kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ketika mereka telah singgah di suatu tempat, Aisyah turun dari unta yang ditungganginya dan memasukkan kedua kakinya ke dalam rumput idzkhir seraya berkata, “Wahai Rabbku, kuasakanlah seekor kalajengking atau ular agar menyengatku dan aku tidak kuasa mengatakan apa-apa kepada Nabi-Mu” (HR. Bukhari no: 5211 dan Muslim no: 6248)
Lihatlah saudaraku, dalam kondisi bersama para sahabatnya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam masih mengajak istrinya dan juga mengkhususkan waktu untuk berjalan-jalan dan berbincang bersama istrinya pada kesempatan itu. Maka selayaknya para suami mengkhususkan waktu untuk rekreasi dan bertamasya bersama istrinya, demi menghilangkan kejenuhan dari istri dan memberikan haknya yang juga memiliki ruh yang harus distirahatkan.
Dikutip dari buku Andai aku tidak Menikah Dengannya
Karya Dr. Syafiq Riza Basamalah, MA
Penerbit Rumah Ilmu, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat

(Judul dari Redaksi WanitaSalihah.Com)