وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فيه عِلْمًا سَهَّلَ الله له بِهِ طَرِيقًا إلى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh satu jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah menudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.Muslim:2699)

Rabu, 09 September 2015

Pentingnya Pendidikan Anak



Pentingnya Pendidikan Anak




Di antara hak seorang anak yang wajib ditunaikan oleh orang tua adalah mendapatkan pengajaran akhlak mulia dan diperingatkan dari akhlak yang buruk. Hal ini termasuk ilmu yang bermanfaat.
Akhlak memiliki kedudukan yang tinggi dalam syariat Islam yang suci. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman mengisahkan ucapan Luqman kepada anaknya,

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Luqman: 17—19)

Jadi, di antara bentuk perbuatan baik kepada anak adalah mendidik mereka dengan tarbiyah yang baik lagi bermanfaat, berupa ilmu terbaik yang dipelajari oleh anak, lelaki atau perempuan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (at-Tahrim: 6)

Al-Hafizh asy-Syaukani rahimahullah dalam Fathul Qadir[1] berkata ketika menerangkan ayat ini, “Abdur Razzaq, al-Firyabi, Said bin Manshur, Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, dan al-Hakim meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dan dinyatakan sahih oleh al-Hakim, tentang makna firman Allah,

قُواْ أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيكُمْ نَارًا

Beliau radhiallahu ‘anhu mengatakan, ‘Ajarkanlah kebaikan kepada diri dan keluarga kalian, serta berilah pendidikan adab.”

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma mengatakan, “Wahai engkau, perbaiki adab anakmu, karena kelak engkau akan ditanya tentang hal ini. Adapun anakmu, ia akan ditanya tentang sikap berbaktinya kepadamu.”[2]

Al-Hasan al-Bashri rahimahullah berkata menafsirkan ayat at-Tahrim di atas, “Didiklah adab mereka dan ajarilah mereka.”[3]

Di antara hal yang tidak diragukan lagi ialah apabila menanam kebaikan, Anda akan mendapati kebaikan pula. Sebaliknya, apabila menanam keburukan, Anda pun akan menuai keburukan. Ini sesuatu yang pasti. Maka dari itu, tarbiyah yang buruk akan menimbulkan efek yang merusak terhadap anak, terhadap orang tua, bahkan terhadap masyarakat secara keseluruhan.

Sebagaimana halnya Anda akan ditanya tentang tarbiyahnya, anak juga akan ditanya tentang sikap berbaktinya kepada Anda. Jadi, mengajari anak lelaki dan perempuan dengan berbagai akhlak yang baik ini: menjaga kehormatan, jujur, berbakti, menjaga lisan, menjaga waktu, menyibukkan diri dengan hal yang bermanfaat, dengan izin Allah akan menjauhkan anak dari terjerumus dalam kesalahan dan hal-hal yang tidak disukai. Apabila yang dilakukan adalah sebaliknya, hasilnya juga akan sebaliknya. Kita berlindung kepada Allah dari hal tersebut.

وَيَنْشَأُ نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنَّا

عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوهُ

Seorang anak muda di antara kita tumbuh
menurut apa yang dibiasakan oleh ayahnya

Jadi, tarbiyah yang baik —yaitu di atas akhlak mulia dan memperingatkan mereka dari perangai yang jelek— adalah urusan yang agung. Apalagi dalil-dalil syariat memerintah (kita) untuk

memerhatikan urusan ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ وَيُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُنْتِجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ 
جَدْعَاءَ؟

Tidak ada anak yang terlahir kecuali di atas fitrah. Kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana halnya binatang ternak melahirkan binatang ternak yang sempurna, apakah kalian melihat ada yang terpotong anggota badannya?” (Muttafaqun alaih dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Kita diperintah oleh Allah subhanahu wa ta’ala untuk memiliki akhlak yang baik. Menjadi kewajiban bagi para ayah untuk mengajarkannya kepada anak-anak mereka dan mentarbiyah mereka di atas adab-adab yang agung tersebut.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (an-Nahl: 90)

Sang ayah mengajari anaknya akhlak yang agung: menepati janji, mengasihi orang lemah, jujur ketika berucap, ikhlas untuk Allah subhanahu wa ta’ala, mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersemangat menjaga waktu, menunaikan amanat, berbakti kepada orang tua, memerhatikan hakhak tetangga, menjaga sifat malu, suka memaafkan dan santun, serta berbagai akhlak yang tinggi dan mulia.

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “Di antara hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak adalah perhatian terhadap urusan akhlak. Sebab, sesungguhnya dia akan tumbuh di atas kebiasaan yang ditanamkan oleh pembimbingnya semasa kecil: murka dan marah, keras kepala, gampang mengikuti hawa nafsu, gegabah, tajam lidahnya, serta tamak.

Apabila demikian, akan susah diperbaiki ketika ia sudah dewasa. Berbagai akhlak yang buruk ini akan menjadi sifat dan bentuk yang mengakar pada dirinya. Meski dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menjaga agar tidak tampak, suatu saat akhlak yang buruk itu pasti akan mempermalukan dirinya. Karena itu, Anda dapati mayoritas orang yang akhlaknya menyimpang disebabkan tarbiyah (yang salah) di masa pertumbuhannya.

Maka dari itu, ketika sudah mulai bisa menggunakan akalnya, seorang anak kecil wajib dijauhkan dari majelis yang sia-sia dan penuh kebatilan, nyanyian, mendengarkan ucapan yang kotor, bid’ah, dan perkataan yang buruk. Sebab, apabila pendengarannya sudah terjerat, akan sulit baginya untuk berpisah dengan hal-hal tersebut ketika dewasa. Akan sulit pula bagi walinya untuk menyelamatkannya dari semua itu. Mengubah kebiasaan adalah salah satu hal yang paling susah dilakukan. Orang yang seperti ini harus memperbarui tabiatnya untuk kedua kalinya, sedangkan keluar dari tabiat yang sudah mapan sangatlah sulit….

Selain itu, anak kecil tersebut juga dijauhkan dari sifat dusta dan khianat lebih kuat daripada dijauhkan dari racun yang mematikan. Sebab, apabila dimudahkan jalan baginya untuk berdusta dan berkhianat, hal ini akan merusak kebahagiaannya di dunia dan di akhirat. Ia pun akan terhalangi dari setiap kebaikan.

Di samping itu, ia dijauhkan pula dari sifat malas, menganggur tanpa kegiatan, hidup sekadar bersenang-senang, dan berleha-leha. Seharusnya sang ayah membiasakan hal yang sebaliknya….

Ayah hendaknya membiasakan anak untuk terjaga di akhir malam, karena itu adalah waktu pembagian ghanimah dan pemberian hadiah. Manusia terbagi, antara yang mendapatkannya sedikit, ada yang banyak, ada pula yang sama sekali tidak mendapatkan apa-apa. Apabila sudah dibiasakan sejak kecil, akan mudah baginya ketika dewasa kelak.”[4]

Al-Allamah Abdur Rahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan, “Orang yang paling utama mendapatkan perbuatan baikmu dan paling berhak mendapat kebaikanmu adalah anak-anakmu. Sebab, mereka adalah amanat yang Allah subhanahu wa ta’ala bebankan kepadamu. Allah subhanahu wa ta’ala berwasiat kepadamu untuk mentarbiyah tubuh dan hati mereka dengan baik.

Semua hal yang engkau lakukan bersama mereka terkait urusan (tarbiyah) ini, baik yang kecil maupun besar, terhitung sebagai penunaian kewajibanmu dan sarana terbaik yang mendekatkan dirimu kepada Allah. Karena itu, bersungguh-sungguhlah melakukannya dan harapkanlah pahala di sisi Allah.

Sebagaimana halnya memberi mereka makan dan pakaian serta mentarbiyah badan mereka berarti engkau menunaikan hak dan mendapat pahala, demikian pula ketika engkau mentarbiyah hati dan roh mereka dengan ilmu yang bermanfaat, pengetahuan yang benar, bimbingan kepada akhlak yang terpuji, dan peringatan dari kebalikannya….

Adab yang mulia lebih baik bagi diri anak-anak, untuk masa sekarang dan yang akan datang, daripada memberi mereka emas, perak, dan berbagai perhiasan dunia lainnya. Sebab, adab yang baik dan akhlak yang bagus akan mengangkat derajat mereka. Mereka akan mendapatkan kebahagiaan karenanya.

Selain itu, dengan sebab adab dan akhlak yang baik, mereka akan menunaikan semua hak Allah dan hak hamba yang menjadi kewajiban mereka. Dengan keduanya pula, mereka akan menjauhi berbagai madarat. Mereka bisa menunaikan kewajiban berbakti kepada kedua orang tua mereka secara sempurna, juga dengan sebab adab dan akhlak yang baik.”[5]

(diterjemahkan dari Huququl Aulad ‘alal Aba wal Ummahat hlm. 36—40, karya asy-Syaikh   Abdullah bin Abdur Rahim al-Bukhari hafizhahullah)
                                                   
  
[1] 5/355. Lihat pula Kitabul ‘Iyal karya Ibnu Abi ad-Dunya (1/ no. 323) dan Tuhfatul Maudud hlm. 328.
[2] Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman (no. 8662) dan dalam al-Kubra (3/84).
[3] Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dalam Kitabul ‘Iyal (1/ no. 324). Lihat pula Tuhfatul Maudud hlm. 328.
[4] Tuhfatul Maudud (hlm. 349—351).
[5] Bahjatu Qulub al-Abrar wa Qurratu ‘Uyun al-Ahyar fi Syarh Jawami’ al-Akhbar (hlm. 125, hadits ke-67).


Pendidikan Islamiyah melahirkan generasi shalih dan shalihah


Pendidikan Islamiyah melahirkan generasi shalih dan shalihah


Sesungguhnya pendidikan islamiyah adalah suatu pekerjaan yang berat dan usaha yang membutuhkan banyak waktu. Dia merupakan hal yang sangat penting dari awal diciptakannya manusia sampai sekarang, bahkan pendidikan islamiyah adalah suatu amalan yang afdhol (utama). Terlebih dari itu, pendidikan islamiyah adalah pendidikan asasi yang wajib di tanamkan dalam setiap jiwa muslim. Pendidikan islamiyah adalah suatu amalan yang digeluti dan diajarkan oleh Salaful Ummah dari generasi ke generasi sampai zaman ini. Sehingga tidak sedikit dari didikan mereka yang menjadi generasi terbaik dalam berjuang dijalan Allah Ta’ala. Berbeda dengan kaum muslimin zaman sekarang, di mana sebagian orang tuanya tidak mengerti dan tidak memperhatikan keadaan pendidikan anaknya, sehingga betapa banyak kita dapati anak-anak kaum muslimin yang tidak mengetahui hukum-hukum, adab, akhlak Islamiy, Wanauzu billah. Maka dalam tulisan ini akan dijelaskan secara ringkas tentang anjuran dan trik bagaimana cara mendidik anak menjadi generasi shalih dan shalihah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdurrahman Aayid  dalam kitapnya Tarbiyatul aulad ala al-Aadab as-Syar’iyah, hal. 5-14.

Anjuran Mendidik Anak
Sesungguhnya Islam sangat menganjurkan kedua orang tua untuk mendidik anak-anaknya dan berusaha melindungi mereka dari api neraka, Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.” (QS. at-Tahrim [66]: 6)
Allah ’A zza wa Jalla berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْها
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thoha [20]: 132)
Adapun dalil dari Sunah, Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam  bersabda:

الرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَالمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا، وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ
Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Dan seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah suami dan anak-anaknya, dan dia bertanggung jawab atas kepemimpinanya.” (HR. Bukhari 7138)

Dahulu para ulama salaf sangat semangat dan antusias sekali dalam mendidik anak-anaknya, mereka pun mencarikan pendidik khusus untuk anak-anaknya. Dari sini tidak diragukan lagi bahwasanya pendidikan itu memiliki pengaruh yang besar dalam memperbaiki budi pekerti anak; anak-anak itupun pada asalnya dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian barulah datang peran pendidikan yang bisa menjaga atau merusak kefitrahannya. Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam  bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ.
Setiap anak Adam  itu dilahirkan di atas fitrah (Tauhid), maka bapaknyalah yang menjadikan anaknya beragama yahudi atau Nasroni atau Majusi” (HR. Bukhari 1385)
Maka anak kecil itu adalah sebuah amanah bagi orang tuanya. Apabila orang tuanya mengajarkan kebaikan maka anaknya akan mengikuti kebaikan, dan apabila orang tuanya membiasakan mengajari kejelekan maka anaknya pun akan mengikutinya.

Bagaimana Mendidik Anak menjadi shalih dan shalihah?
1.       Memilih istri yang shalihah dan suami yang shalih
Memilih istri shalihah atau suami shalih adalah satu trik atau tata cara yang pertama untuk mendapatkan pendidikan yang Salimah (selamat), sebagaimana kita ketahui dalam sabda Nabi shalallahu’alaihiwassalam:
إِذَا أَتَاكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ خُلُقُهُ وَدِيْنُهُ فَزَوِّجُوْهُ
Apabila datang kepada kalian seseorang yang diridhai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah” (HR. Tirmizi 201, dishahihkan oleh syaikh al-Albani dalam as-Shahihah no. 1022)
Kemudian Rasulullah shalallahu’alaihiwassalam sabda:
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَدَاكَ
Pilihlah wanita yang bagus agamanya, niscaya kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari 5066, Muslim 1400)

2.       Berdoa, agar Allah memberikan rezeki keturunan yang shalih
Yaitu Senantiasa berdoa kepada Allah sebelum diberi rezeki anak, dengan mengucapkan:
رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً
Wahai Rab kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. aL-Furqon [25]: 74)

3.       Mengucapkan “Bismillah” dan berdoa sebelum bejima
Hal ini berdasarkan hadis Nabi shalallahu’alaihiwassalam:
لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ، فَقَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا
Apabila salah seorang kalian mendatangi istrinya, hendaknya dia mengucapkan: Dengan menyebut nama Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang engkau karuniakan kepada kami. Maka apabila Allah menetapkan lahirnya seorang dari hubungan antara keduanya, niscaya syaitan tidak akan membahayakan selama-lamanya.” (HR. Bukhari 3271, Muslim 1434)

4.       Menanamkan aqidah dan iman pada jiwa anak
Yaitu dengan mengajarinya tentang rukun-rukun iman dan islam, mengimani perkara-perkara gaib seperti adanya nikmat dan azab kubur, begitu pula mengimani adanya Surga dan Neraka. Demikian juga menumbuhkan muraqobatullah (merasa diawasi) oleh Allah subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana nasihat Lukman kepada anaknya:
"Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman [31]: 16)
Direalisasikan dengan menumbuhkan kecintaan dan rasa takut kepada Allah Ta’ala, yaitu dengan mengingatkan berbagai kenikmatan-kenikmatan yang diberikan Allah serta menakut-nakuti akan pedihnya azab Allah. Membiasakan amalan-amalan shalih, yaitu dengan mengajarkan Sholat, al-Qur’an, dan dzikir-dzikir syar’i. Membacakan sebagian ayat-ayat atau hadits tentang ancaman atau anjuran. Mendaftarkan mereka dalam Sebuah halaqoh dari halaqoh Qur’an. Serta menemaninya berziarah kubur dan menjenguk orang sakit.

5.       Menanamkan akhlak yang terpuji pada jiwa anak
Yaitu dengan mendidiknya untuk selalu jujur, amanah, istikomah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan pribadi, membantu masyarakat, memuliakan tamu dan sifat-sifat yang lainnya semisal dari itu. Di samping itu mendidiknya untuk menjauhi akhlak-akhlak tercela seperti; dusta, mencela, dan perkataan-perkataan jorok.

6.       Mendidik mereka untuk memperhatikan hak-hak orang lain
 Terutama mendidik mereka untuk memperhatikan hak-hak kedua orang tua, yaitu tidak berjalan di depan keduanya, tidak memanggil keduanya dengan nama-nama yang tidak layak (tanpa memanggil dengan panggilan “Umi” atau “Abi”), tidak mendahului duduk sebelum keduanya duduk, tidak menolak nasehat-nasehatnya, tidak menyelisihi perintahnya, tidak memulai makan sebelum keduanya makan, tidak mengangkat suara di depan keduanya, tidak keluar rumah kecuali dengan izinnya, tidak memotong pembicaraannya ketika berbicara dengan orang lain, tidak gaduh sampai mengganggu tidurnya, memenuhi panggilan keduanya dengan cepat, dan selain dari itu semuanya dari adab-adab terhadap kedua orang tua.

7.       Mendidik mereka agar senantiasa memperhatikan adab-adab terhadap masyarakat
Yaitu menjaga adab makan, salam, meminta izin, duduk, berbicara, bergaul dengan masyarakat dan segala hal yang menyangkut adab-adab bermasyarakat yang baik. Serta mengajarkan mereka untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar; dengan didasari menghilangkan sifat pengecut dan takut.
Inilah beberapa penjelasan singkat mengenai usaha atau trik pendidikan Islamiyah terhadap anak, agar menghasilkan anak shalih dan shalihah, mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu’alam.  Oleh: Abu Ahmad Mustakim al-Lampunjy.